rdp remote desktop connection

Encryption Oracle remediation on Windows OS

Pernahkah kamu mengalami konektifitas RDP yang terhalang, padahal saat di jaringan tertentu bisa lancar jaya? Mungkin yaa… seperti ini yang kamu dapatkan saat koneksi RDP dilakukan namun tiba-tiba nongol :

Erroooorrrr….! (Dhuar, dhuaaar, dhuaaar)

Tenang! Kamu tidak sendirian, hal yang sama terjadi diberbagai belahan negara karena RDP memang agak rewel. Tapi kita harus bisa mengatasinya guna melanjutkan aktifitas dan melancarkan pekerjaan segera.

Apa yang harus dilakukan?

Bagi pengguna Windows Pro/Ultimate wajib melakukan 2 tahap ini. Namun apabila pengguna Windows Home / Server Standard, maka lakukan saja 1 tahap. Apa itu? Yuk, langsung ke TKP guys!

#01 Tahap Pertama : Matikan Network Level Authentication

Masuk di Run > lalu ketik : sysdm.cpl

Setelah itu, lanjutkan :

  • Klik Remote (Tab)
  • Lihat bagian Remote Desktop disana ada bagian yang harus di-nonaktif-kan :

Matikan Network Level Authentication, lalu tekan Apply dan OK.

Itu dia tahapan pertama. Selanjutnya kita ke tahapan berikutnya…

#02 Tahap Kedua : Matikan Oracle Remediation

Nah ini, agak ke dalam lagi ya. Kita perlu menyetel group policy. Yaitu undang-undang (setelan komputer). Caranya? Gini…

Klik Run > Ketik : gpedit.msc

  • Masuklah ke Computer Configuration > Administrative Templates
  • Lalu masuk lagi ke System > Credential Delegation
  • Nah disana ketemulah : Encryption Oracle Remediation.
  • Double click opsi tadi.
  • Lalu klik Enabled dan set Protection Level ke : Vulnerable.

OK. Computer yang akan melakukan RDP sekarang sudah bisa lancar jaya! Jika perlu restart dan mulailah aktifitas RDP secara nyaman.

Ngomong-ngomong, kenapa bisa begitu ya? Banyak amat setelannya? He, ini bukan dari kita. Sebenarnya hal ini dilakukan oleh Microsoft untuk memperpanjang proses security layer. Masih inget pembahasan Firewall dulu? Nah karena hal tersebut dirasa tidak cukup, maka lapisan demi lapisan dipasang lagi dan lagi. Hingga ujung-ujungnya, end-user juga yang keblingerrr, hadeuuh!

Jadi, sebenernya perlu diaktifin atau ngga Tahap 1 & 2 tadi?

Yup, selagi mana konektifitasnya sudah dari trusted-end-user, maka everything is okay. Seperti misalnya tim internal, khusus tim IT Support, khusus IT Development, maka it’s okay. Namun setelah pemakaian, maka lakukan penguncian kembali sebaik mungkin setelah masa pemakaian berlangsung.

Okay, sekarang faham ya, cara konektifitas ke RDP nya? Good! Sampai ketemu lagi di tutorial selanjutnya, tetap semangaaat guys!

codeblocks ide

CodeBlocks Multiple Instances

Pernahkah kamu sedang membuat project dalam penerapan C++ ataupun C programming language dalam CodeBlocks? Kemudian kamu ingin menjalankan project lain bersamaan tanpa harus mengganggu project lain yang sedang running?

Nah, ini dia multiple instances yang akan kita gunakan dalam CodeBlocks.

Cara penyetelannya bagaimana?

  • Buka CodeBlocks
  • Klik Menu Settings | Environment

Matikan dua hal ini :

  1. Alow only one running instance.
  2. Use an already running instance.
Multiple Instances Codeblocks

Klik OK, done yaaa!

Close CodeBlocks nya saat ini, kemudian silahkan coba running 2 buah CodeBlocks bersamaan…

Lancar jayaaa…!

Monitor Shifted Offset

Monitor Shifted Offset

Entah bagaimana ceritanya tetapi memang hal ini terjadi ketika anda menggunakan versi Windows 10 ke atas. Yaitu keadaan dimana monitor yang tadinya berjalan lancar, tiba-tiba keesokan harinya keadaan tampilan seperti bergeser ke sebelah kiri / kanan offset, keluar layar.

Diantara developers ada yang menyebutnya sebagai Monitor shifted, Monitor Display Offset, dan lain-lain. Intinya monitornya nyeleneeeeh!

Ada yang aneh bukan? Tetapi ternyata hal ini bisa diatasi dengan cara me-refresh kembali resolusinya, lalu menormalkan dengan baik. Caranya begini di Windows dan pengguna Intel Graphic Drivers.

  • Masuk ke dalam Ms. Windows (login) hingga masuk ke Desktop
  • Kemudian disaat layar offset tampil seperti ini, bersegera menju ke setelan Intel Graphics.
  • Klik kanan di Desktop dan Graphics Properties

Lanjutkan dengan melakukan penggantian resolusi ke FullScreen, kemudian scale back ke resolusi lain.

Lakukan Customize Aspect Ratiojika perlu, sehingga skalanya akan terupdate secara otomatis.

dan beginilah dia kembali normaaal hadirin!

ok good luck, dan tetap semangat!

ssms 19 sql server management studio

MSSQL Server Error Saving Changes

Ada yang belum terbiasa menggunakan Ms. SQL Server dengan sistemnya yang serba serbi full configuration? Well, memang dalam MSSQL (alias Microsoft SQL Server) ada banyak tetek bengeknya yang perlu diketahui sehingga dalam beberapa operational tertentu mewajibkan setiap penggunanya untuk melakukan penyetelan terlebih dahulu agar tetap berjalan lancar. Dalam tutorial kali ini kita akan mencoba memberikan salah satu contoh kasusnya berikut penyelesaiannya.

Salah satu kendala yang dihadapi yaitu disaat setelah membuat table dan database yang baru. Bener-bener 1 table yg baru. Asumsikan table ini ya:

table_delivery yang diciptakan dalam database bernama db_sistem_kpm

  • Kita open kembali SSMS dari start menu.
  • Lalu lakukan modifikasi salah satu table nya.
  • Kemudian tekan CTRL + S.
  • Otomatis akan muncullah error seperti dibawah ini.

Apakah yang harus dilakukan untuk mengatasinya? Begini, close dulu table tersebut, lalu ikuti :

  • Klik Tools Menu | Options
  • dan buka Designers | Table & Database Designers
  • Non-aktifkan mode *Prevent saving changes that require table re-creation*
  • Klik OK.

Kini kita bisa melakukan modifikasi table dan saving dan bye-bye error nyaaa…!

Step by step ini juga sudah disederhakan dari sumber pertamanya yaitu stackoverflow.

1 Internal Server Multiple Web Port

Mungkin kamu pernah ya memiliki banyak web apps (yang kita sebut sebagai aplikasi berbasis web), diletakkan pada 1 mesin internal server kantor? Jika ya, maka kamu beruntung karena di tutorial kali ini kita akan menunjukkan cara mengaktifkan web port guna mempermudah akses dalam mesin yang sama tanpa harus beli mesin baru!

Yang kamu butuhkan ialah :

  1. Apache Server (boleh dari Xampp)
  2. Web app (yang sudah berjalan)

Okay selanjutnya, asumsikan kita ada 2 Web app yang dimiliki yaitu terletak di :

  • c:\xampp\htdocs\system-web-tv
  • c:\xampp\htdocs\system-web-snpad

Kini kita lanjutkan melakukan 3 konfigurasi secara cepat dan tepat!

1. Konfigurasi : httpd.conf

Apa dan dimana letak konfigurasi ini berada? Tentu saja ada di :

c:\xampp\apache\conf\httpd.conf

Bongkar file tersebut dan cari tulisan :

Listen 80

# nilai 80 ini ialah port yang dibuka pada mesin server ini

Nah dari situ tambahkan keterangan berikutnya menjadi seperti ini:

Listen 8

Listen 2024

Listen 2025

# sekarang portnya sudah ada 3, dan berikut port 2024 dan 2025 untuk web app yang akan kita pasangkan sebentar lagi!

Nah setelah ini kita lanjutkan operasi berikutnya ya! Kamu pasti sudah mulai faham sekarang.

2. Konfigurasi : httpd-vhosts.conf

Di dalam file yang satu ini. Kita akan melakukan mapping point. Lebih tepatnya lagi penunjukkan directory mana yang akan digunakan sebagai referensi pemanggilan pada saat diakses oleh URL web browser. File yang dimaksud ialah :

C:\xampp\apache\conf\extra\httpd-vhosts.conf

Nah dari sini bongkar filenya ya, dengan begitu kamu akan menjumpai keterangan berikut ini :

<VirtualHost *:80>
ServerAdmin admin@fgroupindonesia.com
ServerName localhost
ServerAlias localhost
DocumentRoot "/xampp/htdocs/"
</VirtualHost>

Yang akan kita buat ialah konfigurasi serupa! Sehingga untuk web app yang kita akan cocokkan sesuai lokasinya, sekarang tambahkan code di bawahnya menjadi :

 
<VirtualHost *:2024>
ServerAdmin admin@fgroupindonesia.com
ServerName webtv.net
ServerAlias www.webtv.net
DocumentRoot "/xampp/htdocs/system-web-tv"
</VirtualHost>

<VirtualHost *:2025>
ServerAdmin admin@fgroupindonesia.com
ServerName snpad.net
ServerAlias www.snpad.net
DocumentRoot "/xampp/htdocs/system-web-snpad"
</VirtualHost>

Nah sampai sini, kamu pasti sudah yakin bahwa mapping yang dilakukan harus sesuai dari penamaan folder, besar kecil dan juga tidak boleh menggunakan spasi ya! Ngerti deh….! Oh ya, catet dulu :Okay, lanjuuut….!

  1. Penamaan besar kecil harus sesuai
  2. Penamaan web domain ataupun folder (directory) tanpa spasi
  3. Lokasi system web harus terletak sesuai namanya di dalam sub folder htdocs
  4. Tidak boleh ada duplikasi nama tag VirtualHost pointing ke Directory yang sama

Okay, sudah ngerti ya! Lanjuuut…!

3. Konfigurasi : system32\drivers\etc\host

Dan finalnya ya bagian ini. Yaitu open notepad by administrator lalu akses lokasi penting ini :

C:\windows\system32\drivers\etc\host

Dari sini kita lakukan pemetaan terakhir ya!

127.0.0.1 localhost
127.0.0.1 webtv.net
127.0.0.1 www.webtv.net

127.0.0.1 snpad.net
127.0.0.1 www.snpad.net

Nah semuanya disusun rapi ya, jarak spasi pun cukup gunakan tombol TAB. Dan save file tadi!

4. Testing Hasilnya!

Yuk kita test!

Stop XAMPP Server, tunggu 10 detik (biarkan refresh). Lalu Start kembali XAMPP Servernya….!

Lihat kini port sudah terbuka dengan baik! Dan akses di web browser alamat yang kita inginkan sesuai IP ADDRESS mesin tersebut!

Untuk saat ini kita coba di browser URL ini:

http://192.168.0.21:2024

http://192.168.0.21:2025

# IP ADDRESS ini ganti dengan nomor mesin kamu disana namun diakhiri dengan port yang sudah di buka pada Apache Server tadi yaa!

Waah, keren kaaan?! Alhamdulillah…. Selamat ya guys!

Catatan :
Untuk bantuan khusus sesi teknis lainnya yuk ikuti sesi konsultasi IT yang kami miliki untuk mengatasi kasus unikmu sebagai solusi terbaik, segera!

windows defender

Percepat IDE (apapun) dengan Exclusion Win. Defender

Mungkin tidak sedikit diantara teman-teman disini yang pernah menggunakan komputer dengan spesifikasi RAM 8GB DDR3 namun ketika beroperasi di Ms. Windows, beberapa Integrated Development Environment (IDE) terasa beraaaat sekali. Diantaranya yaitu :

  1. Android Studio
  2. Netbeans
  3. Intellij
  4. VSCode
  5. Visual Studio

dan masih banyak lagi IDE lainnya yang memiliki fitur indexing files lalu memberikan efek agak ‘nge-lag’ pada Ms. Windows yang sedang digunakan saat beroperasi!

Tapi ngomong-ngomong, apa kaitannya dengan Windows Defender? Ulasan versi inggrisnya ada di link berikut ini. Namun, khusus pada artikel tutorial kali ini kita akan terapkan secara general dan memudahkan bagi pengguna IDE lainnya secara komplit!

Apa Kaitan Utamanya Win.Defender & IDE?

Windows Defender dan IDE (apapun) dapat saling mempengaruhi kinerja komputer, terutama jika Windows Defender melakukan pemindaian atau pengawasan aktif saat NetBeans digunakan. Windows Defender adalah perangkat lunak antivirus bawaan Windows yang terus memantau aktivitas file dan program di sistem untuk memastikan tidak ada ancaman keamanan. Saat NetBeans sedang digunakan, terutama saat membuka proyek besar atau melakukan kompilasi, Windows Defender mungkin memeriksa setiap file yang dibuat atau diakses, yang dapat menyebabkan peningkatan penggunaan CPU, RAM, atau disk.

Dampaknya, IDE (apapun) yang membutuhkan banyak sumber daya sistem untuk menjalankan berbagai tugas seperti kompilasi, debugging, dan pengelolaan proyek, bisa mengalami penurunan kinerja atau terasa “ngelag” alias “lola”. Ini bisa terjadi karena Windows Defender memprioritaskan keamanan sistem, yang mungkin mengganggu proses internal IDE itu sendiri. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah mengatur pengecualian di Windows Defender untuk folder proyek atau file tertentu yang digunakan oleh IDE tadi, sehingga tidak dipantau secara terus-menerus oleh Windows Defender, memungkinkan IDE berjalan lebih lancar.

Apa Saja Langkah Yang Dapat Dilakukan?

Ok. Ikuti langkah berikut ini:

  • Buka Windows Defender
  • Klik pada Bagian Security | Virus & Threat Protection
  • Lalu klik Manage Settings
  • Buka Exclusions | Add & Remove Exclusion

Di bagian inilah kita perlu memilih Folder dan File mana yang akan diabaikan oleh Windows Defender saat kita bekerja. Diantaranya yaitu :

C:\Users\<username-anda>\AppData\Local\Android

C:\Users\<username-anda>\AppData\Local\NetBeans

C:\Users\<username-anda>\AppData\Local\JetBrains

C:\Users\<username-anda>\AppData\Local\Programs\Microsoft VS Code

dan juga

C:\Program Files\Microsoft Visual Studio\

C:\Program Files (x86)\Microsoft Visual Studio\

C:\Program Files\Netbeans\

C:\Program Files\Android\Android Studio\

Dan Untuk sisanya, sudah bisa mengerti kan? Ada beberapa folder location yang berada di directory Program Files > NamaApps nya, dan adapula yang berada di USER\APP-DATA barusan yang telah disebutkan tadi!

Apakah Efek Positifnya?

Jika sudah, OK! Done, restart Windowsnya untuk merasakan efek positifnya. Apa saja ya efek tersebut? Dengan penyetelan konfigurasi Exclusion yang tepat pada Windows Defender untuk lokasi IDE NetBeans dapat menghasilkan beberapa efek positif, termasuk:

  1. Peningkatan Kinerja IDE: Dengan menambahkan NetBeans dan proyek-proyeknya ke daftar pengecualian Windows Defender, IDE akan berjalan lebih lancar tanpa gangguan dari proses pemindaian antivirus, mengurangi lag saat melakukan tugas seperti kompilasi, debugging, dan pengelolaan file.
  2. Pengurangan Penggunaan Sumber Daya Sistem: Tanpa harus terus-menerus memeriksa file yang terkait dengan NetBeans, penggunaan CPU, RAM, dan disk oleh Windows Defender akan berkurang, membebaskan sumber daya sistem untuk digunakan oleh IDE, sehingga meningkatkan responsivitas sistem secara keseluruhan.
  3. Waktu Kompilasi Lebih Cepat: Tanpa intervensi dari Windows Defender, waktu yang diperlukan untuk kompilasi kode akan lebih singkat. Ini karena proses kompilasi tidak lagi terganggu oleh pemindaian antivirus, yang biasanya memperlambat proses penulisan dan pembacaan file.
  4. Pengalaman Pengguna yang Lebih Baik: Dengan kinerja NetBeans yang lebih stabil dan cepat, pengembang dapat bekerja dengan lebih efisien dan produktif, mengurangi frustrasi akibat lag atau keterlambatan yang disebabkan oleh gangguan dari Windows Defender.

Keren kan?!

Report Viewer Error

ReportViewer Error

Adakalanya ketika programmer memiliki project desktop app yang telah dibina pada Visual Studio versi tertentu, kemudian di deploy dalam bentuk installer tidak mengalami masalah. Namun hal lain didapat ketika beberapa error bermunculan pada bagian Reporting.

Misalnya saja seperti: (Error Missmatch unable to open assembly)

  • Microsoft.reportviewer.common
  • Microsoft.reportviewer.winforms

Ataupun hal lain seperti : (FileNotFoundException)

So, bagaimana menyelesaikannya?

Hal yang harus dilakukan ialah :

  1. Buka pada Project tersebut dalam Visual Studio (Enterprise / Professional)
  2. Buka tab References pada Solution Explorer
  3. Lalu delete beberapa file references yg didapati sebagai sumber masalahnya

Hal ini akan mempermudah dalam penyisipan versi assembly reference yang baru. Asalkan kita mau membongkar file App.Config yang terletak dalam Project folder saat ini.

  • Kemudian delete baris yang bertanda dependentAssembly berikut ini :

dan awas, lanjutkan kembali :

  • Clean & Build ulang pada Project dalam Visual Studionya.
  • Biarkan error sementara, lalu Save dan Close Visual Studionya

Kemudian install ReportViewer Runtime dan file terkait dengan versi yang valid. Seperti :

  1. v2012 untuk error v.11
  2. v2015 untuk error v.14
  3. v2019 untuk error v.18/v.17

Apakah perlu menyertakan file lain? Ya, bisa!

Masuk kembali pada Project di Visual Studionya, dan masukkan beberapa file dll yang dibutuhkan.

  • Klik kanan Add Reference pada Solutions Explorer tadi.
  • Dan browse pilih file *.dll (assembly) yang kita sudah dapati.

Darimana Lokasi file *.dll tersebut? Sebenarnya bisa bervariatif, ada yang menggunakan versi bawaan Ms. office :

C:\Program Files\Microsoft Office\Office15\ADDINS\PowerPivot Excel Add-in

Ada juga yang menggunakan versi lainnya dari Ms. Windows (setelah instalasi Runtime) :

C:\Windows\Microsoft.NET\assembly\GAC_MSIL

Sesuai kebutuhan masing-masing! Sehingga pola intinya ialah :

  1. Clear dulu catatan keterkaitan reference yang hilang.
  2. Lalu Clean Up Project tersebut.
  3. Install Runtime yang diinginkan.
  4. Add kembali Reference yang baru (file *.dll).
  5. Compile (Build & Run).

Selamat ya!

versi profil php server

Htaccess Ganti Profil Versi PHP

Terkadang, kita mengalami tantangan saat dalam pengembangan web dengan berbagai macam versi PHP di Server. Apalagi ketika Apache mulai menunjukkan beberapa error message. Misalnya saja ketika kita telah selesai melakukan pengembangan suatu proyek di lokal (laptop / pc). Semua berjalan lancar, dan kemudian diupload ke web hosting. Dan walhasil munculnya seperti ini :

Nah Kalau hal seperti ini terjadi. Hal yang harus dilakukan apa ya untuk menanganinya langsung ? Simple gini solusinya :

  • Buka file notepad dan gunakan code:
AddHandler application/x-httpd-php81 .php
  • Save file tersebut dengan nama .htaccess
  • Kemudian upload ke lokasi root directory project itu berada (di webhosting).
  • Kini di browsermu lakukan refresh akses web tadi dengan menekan CTRL+F5.
  • Selesai!

Keuntungannya kita tidak perlu mengganti versi PHP secara keseluruhan terhadap subdomain lainnya. Cukup lakukan penyesuaian ini dan subdomain manapun bisa mandiri menggunakan profil PHP versi masing-masing. Ok? Jika perlu adopsi lainnya bisa diikuti dalam perbincangan teknis pada stackoverflow ini.

Blocking Web/IP Address Secara Lokal

Blocking Web/IP Address Secara Lokal

Pernahkah kamu ketika browsing di-Internet, lalu mendapati ada beberapa website (domain) dan atau bahkan spesifik IP-Address tertentu yang ingin diblokir? Misalnya saja pada laptopmu ini ada pengguna lain, seperti adik/keluarga/kerabat yang sengaja mengakses URL Website (domain) tersebut dan kamu ingin memblokirnya?

Beruntung kali ini tutorial tentang windows akan menjawabnya secara gamblang! Ikuti sampai tuntas ya…

Untuk melakukan blocking lokal terhadap IP address atau domain tertentu dengan menggunakan file hosts di Windows, berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Buka File Hosts

  1. Cari Notepad atau Editor Teks Lainnya:
  • Ketik “Notepad” di kotak pencarian Windows.
  • Klik kanan pada Notepad dan pilih Run as administrator.
  1. Buka File Hosts:
  • Di Notepad, klik File > Open.
  • Arahkan ke direktori C:\Windows\System32\drivers\etc.
  • Ubah opsi file di kanan bawah dari “Text Documents (.txt)” menjadi “All Files (.*)”.
  • Pilih file hosts dan klik Open.

2. Tambahkan Entri untuk Blocking

  1. Menambahkan Domain untuk Diblock:
  • Untuk memblokir domain tertentu, tambahkan baris berikut di bagian bawah file:
    127.0.0.1 www.situstertentu.com
  • Gantilah www.situstertentu.com dengan domain yang ingin Anda blokir. 127.0.0.1 adalah alamat loopback lokal yang mengarahkan domain tersebut kembali ke komputer Anda sendiri, yang efektif memblokir akses.
  1. Menambahkan IP Address untuk Diblock:
  • Untuk memblokir akses ke IP tertentu, Anda dapat melakukan hal yang sama, tetapi ini khusus yang sering melakukan oprekan tertentu saja! Contoh:
    127.0.0.1 192.168.1.100
  • Tambahkan ip adress lain yang ingin kamu blokir (jika perlu).

3. Simpan Perubahan

  1. Simpan File Hosts: (Tekan CTRL + S)
  • Setelah menambahkan entri yang diinginkan, simpan perubahan dengan mengklik File > Save.
  • Jika Anda mendapatkan pesan “Access Denied,” pastikan Anda menjalankan Notepad sebagai administrator (langkah 1.1).

4. Flush DNS Cache (Opsional)

  1. Flush DNS Cache untuk Mengaktifkan Perubahan Segera:
  • Buka Command Prompt sebagai administrator (cari “cmd” dan klik kanan untuk menjalankan sebagai administrator).
  • Ketik perintah berikut dan tekan Enter:
    plaintext ipconfig /flushdns
  • Ini akan memastikan bahwa sistem Anda segera mulai menggunakan entri baru di file hosts.

5. Cek Hasilnya

  1. Verifikasi:
  • Cobalah mengakses domain yang telah Anda blokir melalui browser. Seharusnya, domain tersebut tidak dapat diakses.

Selamat! Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat secara efektif memblokir akses ke Web domain atau IP address tertentu pada komputer lokal Anda menggunakan file hosts.

linux command Export CDPATH fgroupindonesia

CDPATH Variable

Pernahkah kamu menggunakan ‘cd command‘ ?

Nah bagi yang pernah alias sering pakai command yang satu ini maka wajib mengenal perintah lainnya yaitu : ‘export CDPATH=

Misalkan kamu coba bayangin ada di dalam keadaan salah satu ini :

  • JAVA Developers: yang seringkali menerapkan beberapa command yang ada di dalam folder java. Otomatis gunakan CDPATH terhadap ‘/java/bin‘ sebagai entry directory nya.
  • Unix SysAdmin: yang seringkali ngoprek bagian ‘/etc‘. Saat mau kemana lagi selain lokasi tersebut? Ya gunakan CDPATH terhadap lokasi yang barusan.
  • Developers project: yang seringkali menyimpan oprekannya di lokasi ‘/home/projects‘ maka otomatis mirip kayak Unix SysAdmin barusan, yaitu gunakan lokasi directory tersebut sebagai lokasi target CDPATH.
  • Keadaan serupa lainnya.

Ok, langsung saja penggunaannya ya:

  • Buka Terminal
  • ketik : ‘export CDPATH=/home/username/lokasi
  • lalu tekan ENTER

Otomatis saat kamu menggunakan cd Command, maka directory dari lokasi tersebut akan mudah diakses dengan singkat tanpa perlu menuliskan path panjang tadi. Sehingga :

  • di Terminal tadi
  • ketik : ‘cd subdirectory’
  • lalu tekan ENTER

Ini akan memberikan efek masuk ke dalam subdirectory dari path yang sudah diset di CDPATH exported barusan! Pengen coba? Yuk explore di Terminal langsung.