Linux Terminal Transfer File

Transfer file ala Terminal

Pernah kepikiran pengen upload file dari local ke server misalnya di http://192.111.111.111 ? Nah gimana tuh? Bingung kan… Tapi tenang kalo administrator tuh wajib tau tentang command ini.


💻 Teknik #01 :

✅ Gunakan scp dari Command Prompt / PowerShell (Windows):

Misalnya file lokal nya ada di :

C:\Users\staff\Downloads\project.zip

Command:

scp C:\Users\staff\Downloads\project.zip username@192.111.111.111:/home/username/

Ganti username dengan user SSH lo di server.
Ganti /home/username/ dengan direktori tujuan upload di server.


🐧 Gunakan scp dari Terminal (Linux/Mac):

Command:

scp /path/to/project.zip username@192.111.111.111:/home/username/

Contoh:

scp ~/Downloads/project.zip fgroup@192.111.111.111:/home/fgroup/

🔄 Arah Upload Balik (Kalau dari server ke lokal)

Kalau misal mau download dari server ke laptop:

scp username@192.111.111.111:/path/on/server/file.zip /local/path/

📦 Teknik #02 :

✅ Gunakan WinSCP (Windows)

  • Download: https://winscp.net
  • Masukkan IP, username, password
  • Drag and drop file .zip dari lokal ke server.


✅ Gunakan FileZilla (Linux)

  • Bisa konek SFTP (bukan FTP biasa)
  • Cross-platform (Linux, Windows, Mac)

Langkah:

  1. Install: bashCopyEditsudo apt install filezilla
  2. Buka FileZilla
  3. Isi:
    • Host: sftp://192.111.111.111
    • Username: username
    • Password: (diisi nanti)
    • Port: 22
  4. Klik Quickconnect

Sekarang kita bisa drag-drop file dari lokal ke server via SFTP.



✅ Gunakan GFTP (Linux)

  • Mirip FileZilla (cuma lebih ringan)
  • Ketik ada di terminal t: sudo apt install gftp

Udah pada bisa kan? Nah… hal lain kita bahas lagi di tutorial selanjutnya yah! Kalo pada mau konsultasi langsung ambil aja sesinya di sini.

toko-rame

Toko Ramai Tapi Untung Tipis?


Mungkin Ada Data yang Bocor

Tiap hari pengunjung datang. Barang keluar. Rak terus diisi ulang.
Tapi anehnya…
Saldo tetap segitu-gitu saja.
Laba tak sebanding dengan keramaian.

Kalau kamu mengalami ini, jangan buru-buru menyalahkan harga, lokasi, atau promosi. Bisa jadi ada yang lebih mendasar: data toko yang bocor.


🔍 4 Sumber “Kebocoran” Data yang Sering Tak Disadari


1. Stok Keluar Tidak Tercatat

Produk bisa keluar bukan hanya lewat transaksi resmi, tapi juga:

  • Pemberian gratis ke kenalan
  • Barang rusak tapi tidak dihapus dari stok
  • Penjualan tanpa nota

Tanpa pencatatan akurat, semua itu jadi kerugian tersembunyi yang terus menggerogoti keuntungan.


2. Harga Jual Tidak Konsisten

Seringkali karyawan menjual dengan harga yang tidak seragam:

  • Diskon suka-suka
  • Salah input harga
  • Lupa menaikkan harga saat stok naik

Jika tidak pakai sistem yang mengatur harga baku, maka untung akan terus tergerus tanpa sadar.


3. Penjualan Dicatat Terlambat atau Tidak Sama Sekali

Apakah kamu masih pakai catatan manual atau Excel?
Kesalahan input, keterlambatan mencatat, atau lupa menulis bisa menyebabkan data penjualan yang tidak lengkap atau keliru.

Akhirnya, laporan harian tidak sesuai kenyataan. Dan tentu saja, untung jadi tidak utuh.


4. Piutang Pelanggan Tidak Terkontrol

Sering memberikan tempo pembayaran ke pelanggan grosir?
Tanpa sistem pemantau utang, kamu bisa dengan mudah kehilangan kendali. Banyak toko yang:

  • Tidak tahu siapa yang belum bayar
  • Tidak tahu berapa total utang pelanggan
  • Tidak tahu kapan utang itu terjadi

Kalau utang menumpuk tanpa kejelasan, laba jadi hanya angka di atas kertas.


Solusinya? Gunakan Sistem yang Mengunci Data & Transaksi

Jangan biarkan toko terus ramai tapi untungnya bocor.
Mulai dari sekarang, rapikan alur penjualan, stok, harga, dan piutang dalam satu sistem terpadu.


🌐 Solusi Digital – Toko Grosir Online / Offline

Sistem ini dirancang khusus untuk pemilik toko grosir yang:

  • Ingin meningkatkan efisiensi
  • Ingin mengontrol data dengan presisi
  • Dan ingin mendapatkan keuntungan yang nyata dari toko yang sudah ramai

Jangan biarkan uang hilang hanya karena datanya bocor.
Segera rapikan sistem toko Anda — mulai hari ini.

Pakai Sistem Grosir Sekarang
utang duit

Pelanggan Ngutang Tapi Lupa Bayar? Catat Otomatis Lebih Aman

Banyak toko mengalami hal ini:

  • Pelanggan grosir atau langganan ambil barang dulu, bayar nanti
  • Dicatat di buku kecil, atau bahkan diinget di kepala
  • Bulan berganti… lupa! Kadang pelanggan juga lupa atau pura-pura lupa
  • Akhirnya? Uang tidak kembali.

Jangan salah, kerugian karena utang yang tidak tercatat dengan baik bisa sangat besar.
Masalahnya bukan hanya “niat”, tapi sistem yang terlalu manual dan rawan lupa.


Berikut 8 alasan mengapa pencatatan utang sebaiknya sudah otomatis:


1. Tidak Takut Catatan Hilang

Buku bisa sobek, tinta bisa luntur, file Excel bisa tidak tersimpan.
Sistem digital menyimpan semua data dengan aman. Anda tidak perlu takut kehilangan jejak siapa yang masih punya utang.


2. Bisa Lacak Nama Pelanggan Secara Individual

Setiap pelanggan bisa punya profil sendiri.
Berapa utangnya, kapan terakhir bayar, dan riwayat transaksi — semua bisa dilihat dengan sekali klik.


3. Otomatis Tercatat Saat Barang Diambil

Tidak perlu lagi mencatat manual di belakang struk.
Setiap kali pelanggan membeli dengan cara tempo, sistem akan langsung menandai itu sebagai utang. Anda cukup fokus jualan.


4. Bisa Kirim Notifikasi Pengingat

Beberapa sistem bahkan bisa dikembangkan untuk mengirimkan pengingat via WhatsApp atau SMS jika pelanggan belum membayar.
Lebih halus dan tetap profesional.


5. Menghindari Konflik “Katanya Sudah Bayar”

Seringkali pelanggan merasa sudah membayar, tapi Anda merasa belum.
Dengan sistem digital, Anda punya bukti yang jelas dan terstruktur, jadi tidak ada ruang salah paham.


6. Menghemat Waktu Rekap Hutang

Tidak perlu hitung satu-satu saat akhir bulan.
Anda bisa langsung buka dashboard dan melihat total piutang dari semua pelanggan dalam hitungan detik.


7. Membantu Perencanaan Modal

Dengan mengetahui total piutang yang belum dibayar, Anda bisa memperkirakan arus kas.
Ini membantu Anda merencanakan belanja stok, gaji karyawan, dan promosi dengan lebih cermat.


8. Toko Terlihat Lebih Profesional

Toko yang menggunakan sistem pencatatan utang modern akan terlihat lebih terpercaya.
Pelanggan pun lebih disiplin karena tahu setiap transaksi mereka terdata rapi.


Mau Konsultasi Dulu? Bisa Banget!

Setiap toko punya gaya dan skala berbeda. Ada yang kecil, besar, atau sedang berkembang. Apapun kondisinya, kami siap bantu cari solusi terbaik — tanpa harus langsung beli sistem.

👉 Klik tombol WhatsApp di bawah,
Tanya dulu aja:
“Kak, toko saya cocoknya sistem kayak gimana ya?”

Konsultasi Gratis!


stok-manual

Capek Hitung Stok Manual? Mungkin Toko Anda Sudah Butuh Sistem

Setiap akhir bulan jadi momen yang bikin stres: menghitung ulang stok, mencocokkan catatan penjualan, dan mendapati hasil yang sering tidak cocok.

Kalau Anda mengalami:

  • Barang sering hilang atau selisih
  • Penjualan ramai, tapi untung tidak terasa
  • Pegawai sering bingung saat mencatat barang keluar masuk

…maka besar kemungkinan toko Anda sudah terlalu besar untuk sistem manual.

Agar lebih jelas, yuk kita bahas 4 alasan utama kenapa sistem digital adalah solusi nyata untuk toko grosir Anda:


1. Stok Otomatis, Risiko Salah Hilang

Sistem digital bisa mengurangi kesalahan manusia. Setiap penjualan otomatis mengurangi stok. Tidak perlu lagi mencatat secara manual atau menghitung fisik terus-menerus.
Dengan satu kali input, stok langsung tercatat dan bisa dicek kapan pun. Anda pun bisa:

  • Lihat stok real-time dari HP atau komputer
  • Mengetahui produk mana yang cepat habis
  • Mencegah kehabisan stok tanpa disadari

Bayangkan betapa leganya tidak perlu menghafal atau mencocokkan catatan manual.


2. Pencatatan Piutang Lebih Rapi dan Terpantau

Sering memberi barang ke pelanggan grosir yang belum langsung bayar?
Sistem digital akan mencatatnya otomatis sebagai piutang pelanggan. Setiap pembayaran bisa ditandai, dan Anda akan tahu:

  • Siapa yang masih berhutang
  • Berapa jumlah total piutang yang belum lunas
  • Kapan terakhir transaksi dilakukan

Tanpa sistem, ini sering tercecer. Akibatnya, uang tertahan, perputaran modal terhambat.


3. Laporan Penjualan Siap Kapan Saja

Ingin tahu omzet hari ini? Produk terlaris minggu ini? Atau total penjualan bulan lalu?
Sistem digital menyajikan semua itu secara otomatis. Anda tidak perlu menunggu tutup buku atau mengumpulkan nota satu per satu.

Dengan laporan yang rapi dan instan, Anda bisa:

  • Membuat keputusan cepat (misal: restok barang laris)
  • Menilai performa karyawan
  • Mengatur promo berdasarkan data nyata

4. Toko Bisa Jalan Tanpa Harus Anda Pantau Terus

Banyak pemilik toko yang harus turun langsung hanya karena semua sistem ada di kepala mereka.
Padahal, dengan sistem digital:

  • Karyawan cukup dilatih input data
  • Anda bisa cek dari mana saja (jika online)
  • Toko tetap jalan meski Anda sedang di luar kota

Sistem bukan hanya memudahkan, tapi juga membuat usaha lebih mandiri dan siap berkembang.


Saatnya Upgrade ke Solusi Digital

Kini, Anda tidak harus memilih sistem yang rumit atau mahal.
Kami hadirkan:

Solusi Digital – Toko Grosir Online / Offline sesuai skala usahamu

✅ Kasir Simpel
✅ Stok Otomatis
✅ Piutang Pelanggan
✅ Laporan Instan
✅ Bisa Offline (tanpa internet) atau Online (akses banyak cabang)

Sudah banyak toko grosir di berbagai kota menggunakan sistem ini.

💬 Siap bantu konsultasi GRATIS
📲 Klik tombol WhatsApp untuk tanya langsung
🎯 Sesuaikan dengan model usahamu, dari toko kecil sampai gudang besar


Facebook WA Kampret

Privasi Katanya, Cekik Nyatanya: Facebook dan WhatsApp Cuma Baik di Spanduk

Dalam beberapa tahun terakhir, Meta (induk Facebook, WhatsApp, dan Instagram) terus mempromosikan narasi suci mereka: “Privasi adalah hak asasi manusia.”
Slogan seperti “End-to-End Encryption” dan “Kami tidak membaca pesan Anda” disebarkan ke mana-mana — tapi, tunggu dulu…

Di balik layar, setiap upaya kita untuk bekerja lebih cepat, lebih otomatis, dan lebih efisien justru langsung ditandai sebagai spam, bot, atau pelanggaran sistem.

Contohnya banyak tapi kita angkat 1 aja : Cambridge Analytica.

Kasus Cambridge Analytica: Awal Bocornya Topeng

Pada 2018, dunia dikejutkan oleh skandal Cambridge Analytica, sebuah firma data politik yang berhasil:

  • Mengakses data pribadi lebih dari 87 juta pengguna Facebook
  • Tanpa izin jelas
  • Untuk mempengaruhi hasil pemilu seperti Brexit dan Pilpres Amerika

Dan siapa yang kasih akses?
👉 Facebook sendiri, melalui celah API Graph lama yang terlalu longgar.

Satu aplikasi kuis kecil (“This Is Your Digital Life”) digunakan untuk:

  • Mengambil data user
  • Sekaligus mengisap data semua teman si user
  • Digunakan untuk membangun profil psikologis & targeting iklan politik

Meta bilang: “Oops, kami kecolongan.”
Tapi kepercayaan publik hancur total.

~~ Developer Dianggap Musuh

Setelah kasus itu, Meta menciptakan “tembok keamanan” yang hanya satu arah:

Kalau Lo…Maka…
Mau post otomatis ke grup lo sendiri❌ Harus izin admin grup + App review
Mau aktifkan iklan di jam tertentu❌ Gak ada opsi waktu. Harus nyala 24 jam.
Mau otomatisasi WA ke pelanggan❌ Kena spam detector, banned permanen
Mau scraping data legal milik lo sendiri❌ Diblokir. Tapi data itu tetap mereka simpan sendiri

Semua fitur canggih yang dulu terbuka — ditutup, kecuali untuk mereka sendiri. Mau akses data itu? Masuk ke premiumnya versi FB via Ads Management atau untuk WA ya via WABA. Mo gimana lagi coba?!

🧠 Moralnya:

Meta menciptakan sistem di mana:

  • “Privasi” jadi senjata marketing, bukan kenyataan
  • “Spam” hanya berlaku untuk pengguna, bukan mereka

Mereka bisa:

  • Tracking data kita 24 jam, kayak bank (kan gitu).
  • Latih AI dari data percakapan publik & private
  • Tentukan apa yang boleh dan gak boleh otomasi

Tapi giliran kita yang ingin kerja cepat & amanin sistem buat diri sendiri, eee langsung dikurung, dituduh bot, bahkan diblok. Akun langsung mati! Jdeeer….

🧠 Mau Buktinya?

Nih udah pernah kita ngalamin :

  • Coba aja blast pesan ke 10 orang di WhatsApp dalam 30 detik.
  • Atau yang paling gampang share links aja 50 target cepet cepetan. Jangan dilama-lamain.
  • Coba aja post ke grup komunitas pakai sistem jangan pake delay.
  • Coba hidup-matin iklan pakai jadwal hemat.
  • Lihat siapa yang dituduh spam dan siapa yang tetap bebas jualan data?

Kita bicara fakta, dan siapa produk nya? hmm…. miris! 😭

5 Alasan Kenapa Catatan Keuangan UMKM Tidak Bisa Diabaikan

5 Alasan Kenapa Catatan Keuangan UMKM Tidak Bisa Diabaikan

Banyak pelaku UMKM di Indonesia yang memulai usahanya dari semangat, kreativitas, dan kepercayaan pelanggan. Namun, seiring waktu, semakin banyak tantangan yang muncul — mulai dari pengelolaan stok, arus kas yang tidak stabil, hingga bingung saat diminta laporan keuangan oleh investor atau bank. Salah satu penyebab utama dari semua ini adalah catatan keuangan yang diabaikan.

Berikut ini 5 alasan penting kenapa pencatatan keuangan tidak boleh diabaikan oleh UMKM:


1. Mengetahui Kondisi Nyata Bisnis

Tanpa pencatatan, banyak pelaku UMKM tidak benar-benar tahu apakah usahanya untung atau rugi. Omzet besar belum tentu berarti keuntungan besar. Dengan mencatat pengeluaran dan pemasukan secara detail, pelaku usaha bisa melihat secara nyata kondisi keuangan bisnisnya.


2. Membantu Pengambilan Keputusan

Keputusan bisnis seharusnya berdasarkan data, bukan sekadar perasaan. Dengan data keuangan yang tercatat dengan baik, pemilik UMKM bisa membuat keputusan lebih bijak seperti: kapan saatnya restok, apakah bisa menaikkan gaji karyawan, atau kapan perlu menambah modal.


3. Memudahkan Akses ke Pendanaan

Banyak UMKM yang gagal mendapatkan bantuan pemerintah, investor, atau pinjaman bank karena tidak bisa menunjukkan laporan keuangan yang rapi. Pencatatan keuangan yang baik akan meningkatkan kepercayaan dari pihak eksternal dan membuka peluang untuk pengembangan usaha.


4. Menghindari Masalah Pajak dan Hukum

Tanpa catatan, pelaku usaha bisa salah hitung saat membayar pajak. Hal ini bisa berujung pada denda atau masalah hukum. Catatan keuangan membantu pelaku UMKM menghitung pajak secara akurat dan tepat waktu.


5. Membentuk Kebiasaan Profesional

Meski bisnis dimulai dari skala kecil, kebiasaan profesional harus dibangun sejak awal. Pencatatan keuangan adalah pondasi dari bisnis yang sehat dan berkelanjutan. UMKM yang disiplin mencatat keuangan akan lebih siap tumbuh menjadi bisnis besar.


Membiarkan keuangan bisnis berjalan tanpa arah adalah seperti menyetir mobil tanpa peta. Mungkin masih bisa jalan, tapi besar kemungkinan akan tersesat. Maka dari itu, pencatatan keuangan bukan pilihan, tapi kebutuhan utama dalam membangun UMKM yang kuat, transparan, dan bertahan lama.

Baru Mulai, Tapi Sudah Ada Order Pertama

Baru Mulai, Tapi Sudah Ada Order Pertama!

Banyak orang ragu untuk mulai bisnis online karena merasa belum siap, belum tahu cara jualan, atau takut tidak laku. Tapi kisah Fina ini membuktikan bahwa kadang yang dibutuhkan hanya langkah pertama.

1. Baru Seminggu Bergabung, Tapi Sudah Ada Hasil

Fina, seorang mahasiswi semester akhir, awalnya tidak terlalu serius saat mendaftar jadi reseller. Ia melihat peluang ini dari temannya yang sudah lebih dulu ikut dan sering posting produk di media sosial. Karena penasaran, ia ikut mendaftar—tanpa target tinggi.

Hanya berselang tujuh hari setelah daftar, Fina sudah berhasil mencatat order pertamanya. Ini bukan kebetulan, tapi hasil dari keberanian untuk mencoba meski belum tahu banyak.


2. Belum Mahir Jualan? Tetap Bisa Mulai!

Saat ditanya, Fina mengaku belum paham benar cara promosi yang efektif. Ia bahkan sempat ragu untuk memulai karena:

  • Tidak tahu harus posting apa
  • Takut dianggap spammer oleh teman-temannya
  • Belum pernah jualan sama sekali sebelumnya

Namun, dengan panduan yang diberikan dari tim reseller—berupa materi dasar, caption siap pakai, dan ide konten—Fina mencoba pelan-pelan untuk mulai posting di WhatsApp Story dan Instagram.


3. Order Pertama yang Tidak Disangka-Sangka

Dua hari setelah posting pertamanya, Fina mendapat pesan dari teman lamanya yang tertarik dengan produk yang ia promosikan. Dengan penuh semangat (dan sedikit gugup), Fina menjelaskan detail produk, cara order, dan metode pembayaran.

Dan akhirnya… terjadi transaksi pertamanya!
Fina sangat terkejut sekaligus senang. Meski belum menguasai teknik copywriting atau strategi jualan tingkat tinggi, ternyata orang tetap bisa tertarik jika kita jujur dan konsisten.


4. Apa Rahasia Fina?

Berikut beberapa hal yang membuat Fina bisa closing order meski masih sangat baru:

Tidak menunggu ahli untuk memulai
Konsisten posting setiap hari meski hanya satu konten
Menggunakan template promosi yang disediakan
Menjawab calon pembeli dengan sopan dan tidak berlebihan
Berani bertanya ke mentor saat bingung


5. Pesan dari Fina untuk Kamu yang Masih Ragu

“Aku kira jualan online itu harus jago ngomong dan harus tahu banyak. Tapi ternyata yang penting itu niat dulu, lalu ikuti panduannya pelan-pelan. Kita belajar sambil jalan.”


💡 Siap Jadi Seperti Fina?

Kamu tidak perlu menunggu sempurna untuk mulai. Daftar hari ini, manfaatkan materi yang ada, dan mulailah posting dari hal sederhana.
Siapa tahu, order pertamamu datang lebih cepat dari yang kamu kira.

🎯 Gabung jadi reseller hari ini dan buat kisahmu sendiri!


Gagal Posting Tiap Hari? Ini Cara Sederhana Biar Konsisten

Gagal Posting Tiap Hari? Ini Cara Sederhana Biar Konsisten.

Banyak yang semangat di hari pertama jualan, tapi semangat itu langsung turun di hari ketiga. Capek, bingung mau posting apa, dan akhirnya… tidak posting sama sekali.

Tapi beda dengan pengalaman Nia, seorang reseller pemula yang sempat gagal konsisten, tapi akhirnya berhasil menemukan ritmenya sendiri.

Simak kisah dan tipsnya di bawah ini. Siapa tahu cocok buat kamu juga yang sering kehilangan semangat di tengah jalan.


🧩 1. Awalnya Niat, Tapi Realitanya Gampang Lupa

Nia mendaftar jadi reseller karena ingin punya penghasilan tambahan tanpa harus kerja kantoran. Ia sangat antusias di minggu pertama, bahkan sudah menyiapkan banyak gambar produk untuk diposting.

Namun, seiring berjalannya hari, aktivitas kuliah dan kegiatan harian bikin Nia sering lupa posting. Bahkan sempat tidak update sama sekali selama 4 hari berturut-turut.

“Bukan karena nggak mau, tapi kadang kehabisan ide, atau lupa, atau terlalu sibuk sama hal lain,” ujarnya.


📝 2. Akhirnya Ketemu Pola Sederhana: Jadwal dan Template

Setelah mengevaluasi kegagalannya sendiri, Nia mulai mencoba pendekatan yang lebih realistis:
Alih-alih memaksa posting tiap hari, ia mulai membuat rencana 3 hari sekali, tapi konsisten. Berikut strategi sederhananya:

a. Bikin Jadwal Ringan, Bukan Ambisius

Nia hanya menargetkan 3 kali posting seminggu: Senin, Rabu, dan Jumat. Ini membuatnya lebih tenang dan tidak merasa dikejar-kejar harus selalu aktif tiap hari.

b. Gunakan Template Siap Pakai

Dia juga menyimpan 5–10 contoh caption dan gambar yang disediakan dari grup reseller. Saat tidak punya waktu membuat konten, tinggal pilih dan posting.

c. Satu Hari Buat Banyak Konten (Batching)

Setiap Minggu malam, Nia meluangkan waktu 30 menit untuk menyiapkan stok konten untuk seminggu ke depan. Ia menyusun teks, gambar, dan jadwal, lalu simpan di galeri.


⏰ 3. Gunakan Alarm & Notes: Biar Nggak Cuma Niat

Yang membuat strategi Nia efektif adalah pengingat. Ia memasang alarm harian di ponsel pukul 08.00 dan 19.00 bertuliskan: “Udah posting hari ini?”

Selain itu, ia menuliskan daftar konten mingguan di buku catatan kecil yang selalu dibawanya. Terlihat sepele, tapi justru itu yang membantunya tetap di jalur.


💬 4. Ternyata Konsisten Itu Bukan Tentang Setiap Hari, Tapi Tentang Tidak Menyerah

Dulu, Nia merasa gagal karena tidak bisa posting setiap hari. Tapi sekarang dia paham, konsistensi bukan berarti harus setiap hari, tapi tetap melangkah meski perlahan.

Ia berkata:

“Daripada ngoyo dan capek sendiri, mending bikin ritme yang bisa dijalani jangka panjang. Toh, yang penting tetap terlihat aktif dan ada interaksi.”


🎯 5. Tips Praktis dari Nia Buat Kamu yang Sering Gagal Posting

Berikut rangkuman tips dari Nia yang bisa langsung kamu coba:

✅ Jadwalkan posting 2–3x per minggu, jangan paksakan tiap hari
✅ Buat stok konten saat waktu luang (batching)
✅ Manfaatkan caption & gambar dari komunitas reseller
✅ Pasang pengingat di HP
✅ Fokus pada progress, bukan kesempurnaan


✨ Penutup: Mulai dari yang Bisa, Jangan Tunggu Sempurna

Kalau kamu juga sering gagal posting, bukan berarti kamu malas atau nggak cocok jualan. Bisa jadi, kamu hanya belum menemukan pola yang pas buat dirimu sendiri.

Coba ambil pelajaran dari Nia. Mulailah dari pola yang sederhana, nikmati prosesnya, dan jangan menyerah kalau sempat berhenti. Konsistensi dibangun, bukan ditunggu.


Siap ubah ritme jualanmu mulai minggu ini?
Yuk, coba strategi Nia dan lihat perubahannya dalam 7 hari ke depan!
Kalau kamu sudah coba, kirim ceritamu ke kami—siapa tahu jadi inspirasi berikutnya 😉

Ingin Bebas Dari Rumus Ms. Excel

Ingin Bebas Dari Rumus Ms. Excel? Ini Solusi Digitalnya!

Microsoft Excel selama ini menjadi alat favorit banyak pelaku UMKM untuk mencatat transaksi, menghitung laba, dan membuat laporan keuangan. Namun, tidak sedikit yang merasa kewalahan dengan berbagai rumus yang rumit, tabel yang harus diperbarui manual, serta risiko kesalahan hitung yang tinggi.

Apakah kamu salah satunya? Merasa Excel sudah bukan lagi solusi, tapi beban tambahan? Jika iya, sekarang saatnya mempertimbangkan alternatif digital yang lebih sederhana dan efisien.

Berikut beberapa alasan kenapa banyak pelaku usaha kecil mulai meninggalkan Excel dan beralih ke solusi digital yang lebih ramah pengguna:


1. Tidak Semua Orang Paham Rumus Excel

Fungsi SUM, VLOOKUP, IF, hingga PIVOT TABLE terdengar teknis bagi sebagian orang. Salah ketik satu rumus saja bisa membuat laporan jadi kacau. Bayangkan jika harus memperbaiki file setiap minggu atau mengajari staf yang baru.


2. Rentan Kesalahan & File Rusak

Karena Excel bersifat manual, satu kesalahan input bisa merusak total hasil laporan. Belum lagi jika file-nya korup atau tertimpa versi lama. Data penting bisa hilang hanya karena lupa klik Save As.


3. Tidak Ramah untuk Kolaborasi

Ketika bisnis mulai berkembang dan ada tim keuangan atau kasir, menggunakan file Excel bergantian sangat berisiko. Seringkali data jadi tidak sinkron karena file berbeda versi. Tanpa fitur real-time, kerja tim jadi lambat.


4. Tidak Otomatisasi Transaksi

Dengan Excel, semua harus dicatat secara manual: dari penjualan harian, pembelian, hingga stok. Saat data mulai banyak, makin besar pula peluang salah catat. Solusi digital memungkinkan pencatatan otomatis dengan form yang sudah siap pakai.


5. Kurang Cocok untuk Skala Bisnis yang Tumbuh

Excel mungkin cukup saat kamu masih berjualan sendiri. Tapi ketika bisnis mulai berkembang, kamu butuh sistem yang bisa memberikan ringkasan laporan, histori transaksi, dan rekap yang bisa diakses kapan saja — tanpa harus buka lembar demi lembar.


Apa Solusi Digitalnya?

Saat ini sudah tersedia berbagai platform pembukuan digital yang dirancang khusus untuk UMKM dan usaha rumahan. Fungsinya bukan hanya menggantikan Excel, tapi menyederhanakan semua proses pencatatan, pelaporan, hingga monitoring keuangan harian.


Kesimpulan:
Bukan berarti Excel tidak berguna, tapi dunia usaha sekarang bergerak cepat. Jika kamu ingin lebih efisien, menghindari stres karena rumus, dan fokus membesarkan bisnis, maka sudah waktunya mencari alternatif digital yang praktis dan aman.


Belajar Jualan via WhatsApp Broadcast, Gimana Rasanya?

Belajar Jualan via WhatsApp Broadcast, Gimana Rasanya?

Catatan Jujur dari Reseller Pemula yang Baru Coba Teknik Broadcast Pertama Kali


Kita sering berpikir: “Kalau broadcast jualan di WhatsApp, nanti dianggap spam nggak, ya?”
Atau malah takut: “Nanti nggak ada yang respon, terus aku malu sendiri.”

Tenang. Kamu tidak sendirian.

Itu juga yang dirasakan oleh Arum, reseller baru yang akhirnya memberanikan diri kirim broadcast pertamanya. Bukan tanpa ketakutan. Tapi justru di situ letak pelajarannya.


🧠 1. Takut Dinilai “Mengganggu” Itu Wajar, Tapi Jangan Jadi Alasan untuk Diam

Arum menghabiskan waktu 2 hari hanya untuk menyusun kata-kata broadcast-nya. Ia bolak-balik mengedit, menghapus, lalu mengetik ulang. Bukan karena caption-nya sulit, tapi karena rasa takut dinilai negatif oleh kontak-kontaknya sendiri.

“Aku sempat kepikiran… ‘nanti orang mikir aku lagi butuh banget duit’, atau ‘kok tiba-tiba jualan sih?’. Tapi ya kalau nggak mulai, kapan bisa tahu hasilnya?” — Arum

Akhirnya, dengan jantung berdebar, Arum menekan tombol kirim ke 53 kontak.


💬 2. Respons Pertama: Hening. Lalu… Muncul Suara Kecil

Setelah mengirimkan pesan, tidak ada balasan selama 15 menit pertama. Arum hampir menghapus pesannya. Tapi 20 menit kemudian…

Satu balasan masuk:
“Wah, ini lucu juga ya. Ada warna lain?”

Meski hanya satu, tapi itu cukup untuk membuat rasa percaya dirinya tumbuh sedikit. Rasanya seperti menemukan cahaya kecil di ruang gelap.

Broadcast pertamanya tidak viral. Tidak laku keras. Tapi dia tahu satu hal penting: ada yang baca, ada yang tertarik, dan itu cukup untuk lanjut.


🌀 3. Reaksi Tidak Akan Seragam, Tapi Kamu Hanya Perlu 1% yang Respon

Dari 53 orang:

  • 1 langsung tertarik
  • 4 memberikan respon netral
  • Sisanya… tidak menjawab sama sekali

Tapi, Arum menyadari satu hal penting:
“Bukan semua orang yang harus beli. Tapi aku harus jadi orang yang terus menyapa dengan cara yang tidak maksa.”

Karena jualan itu bukan tentang membujuk orang yang belum siap, tapi menyentuh orang yang sudah diam-diam butuh tapi belum tahu harus beli ke siapa.


🎯 4. Tips Psikologis dari Arum untuk Kirim Broadcast Pertamamu

Berikut beberapa pelajaran dari pengalaman Arum yang bisa kamu tiru, terutama dari sisi mental dan komunikasi:

✅ a. Tuliskan broadcast seperti kamu ngobrol, bukan seperti brosur

Alih-alih berkata:

“PROMO SPESIAL!!! DISKON HARI INI SAJA!!!”

Lebih baik sapa dengan nada hangat:

“Hai, aku lagi belajar jualan nih… iseng sharing produk yang aku jual, siapa tahu kamu butuh. Makasih banget udah baca 🙏”

✅ b. Jangan berharap semua orang respon. Fokus ke yang nyimak.

Respon diam juga bukan penolakan. Bisa jadi mereka baca, tapi belum butuh. Broadcast itu bukan untuk jualan instan—tapi untuk mengisi ruang sadar mereka tentang kehadiranmu.

✅ c. Lakukan dengan ritme yang manusiawi

Arum hanya broadcast seminggu sekali, dengan variasi isi: kadang produk, kadang testimoni, kadang hanya cerita pengalaman pribadi. Ini membuat orang merasa dekat, bukan terganggu.


🧠 5. Konsistensi yang Pelan Tapi Dalam: Itu Kunci Psikologinya

Kamu tidak butuh jadi penjual agresif. Justru pembeli zaman sekarang lebih suka penjual yang:

  • Tidak memaksa
  • Memberi nilai lewat pesan yang ringan
  • Tidak jualan terus, tapi kadang hanya menyapa

Broadcast adalah cara menjaga kehadiran, bukan mengejar penjualan. Dan ketika orang merasa kamu “nyata” dan bukan sekadar jualan, mereka akan lebih terbuka suatu saat nanti.


🌱 Penutup: Kamu Tidak Perlu Jago, Kamu Hanya Perlu Tulus dan Coba

Teknik broadcast bukan hanya soal kata-kata. Tapi tentang keberanian menyapa, dan membangun hubungan pelan-pelan.
Jangan ukur hasil dari 1 kiriman. Ukurlah dari kemajuan mentalmu sendiri setiap kali kamu mengalahkan rasa takut dan tetap kirim.

Seperti Arum bilang:

“Yang bikin aku lanjut, bukan karena langsung dapet pembeli. Tapi karena aku merasa: aku bisa kok ngomong baik-baik, tanpa harus jadi orang lain.”


Kalau kamu juga masih ragu broadcast, simpan dulu pesan ini:
Kirim dengan hati, bukan demi cuan instan. Yang penting, kamu hadir.