Melawan Hidup Brutalism

Melawan Hidup dengan Brutalism


πŸ“– Cerita Dimulai

Cerita ini ditulis oleh seorang System Analyst (IT Programmer yang sudah 14 tahun bekerja dari perusahaan asing penuh dengan Server Machine lalu kini di ruang Lab Komputer yang terhubung dengan CDN Global). Begini ceritanya :

Suatu malam, aku duduk termenung setelah mengalami hari yang aneh.

Kemarin semuanya terasa lancar. Proyek berjalan, tim semangat, dan hasil kerja cukup memuaskan. Tapi hari ini? Semua seperti berantakan. Tools yang biasanya berfungsi tiba-tiba error. Orang yang biasanya mendukung malah jadi hambar. Rasanya seperti dilempar dari langit langsung ke lantai beton.

Seketika aku sadar…

Hidup itu bukan tentang keyakinan doang.

Selama ini, aku terlalu sering menggantungkan semuanya pada semangat dan harapan. “Pasti bisa.” “Pasti sukses.” β€” padahal dunia nggak tunduk sama afirmasi.


🧱 Realita Tidak Butuh Izin

Fakta itu dingin. Kadang menyakitkan.

Saat proyek gagal, pasar sepi, ide ditolak, atau hasil nggak sesuai ekspektasi β€” itu bukan karena kurang yakin. Tapi karena realita bilang: β€œcoba lagi, cara lo salah.”

Dan di situlah banyak orang gagal. Termasuk aku… dulu.


🎯 Strategi Lebih Penting dari Harapan

Setelah cukup “babak belur”, aku belajar satu hal penting:

Jangan berdoa sambil duduk. Berdoalah sambil menyusun strategi.

Keyakinan adalah api awal. Tapi strategi adalah bahan bakarnya.

Aku mulai melihat ulang fakta-fakta yang ada:

  • Apa yang benar-benar berhasil?
  • Apa yang bikin waktu kebuang?
  • Siapa yang layak diajak jalan?
  • Apa tools yang bikin ribet?

Dari situ, aku nyusun ulang. Nggak perlu hebat. Tapi harus tepat.


🧨 Saatnya Brutalisme

Ada satu prinsip baru yang aku pegang:

Brutalisme.
Bukan dalam arti kejam, tapi jujur secara brutal pada diri sendiri.

  • Kalau capek, ya bilang. Jangan pura-pura kuat.
  • Kalau bodoh di satu hal, ya belajar. Jangan sok tahu.
  • Kalau data bilang gagal, ya ubah arah. Jangan keras kepala.

Brutalisme bukan tentang keras ke orang lain. Tapi keras ke ego sendiri.


πŸ”„ Hidup itu Seperti Debugging

Setiap hari adalah proses mencari tahu:

  • Mana yang bikin error
  • Mana yang harus dibuang
  • Mana yang bisa dioptimalkan

Dan di dunia nyata, nggak ada debugger otomatis. Kamu harus lihat log-nya sendiri. Baca ulang kejadiannya. Pahami polanya.


πŸš€ Endingnya…

Hari ini, aku nggak akan bilang “pasti bisa” lagi.

Aku akan bilang:

β€œKalau datanya masuk, logikanya benar, dan strateginya jalan β€” pasti terbuka jalannya.”

Bukan karena semesta bersahabat. Tapi karena aku kerja keras, buka mata, dan mau menerima kenyataan dengan kepala tegak.

Brutal? Ya.
Tapi itu satu-satunya cara bertahan di dunia nyata yang nggak peduli kamu yakin atau nggak.


Nah, sekarang baru pada sadar ya? Apalagi kalo belum dapat kerjaan remote karena kondisi kiri kanan makin hectic? Cobain ikutan khusus pendampingan proyek klien lokal dan luar negeri bersama tim Expert disini!