Secanggih Apa Pun Profesi Anda, Microsoft Office Tetap Jadi Andalan

Secanggih Apa Pun Profesi Anda, Microsoft Office Tetap Jadi Andalan

Di era digital sekarang, banyak profesi menggunakan software canggih seperti AutoCAD, Adobe Creative Suite, ERP, hingga sistem AI. Namun, di balik semua itu, ada satu alat kerja yang tetap menjadi “senjata” universal: Microsoft Office.

Tidak peduli apakah Anda seorang programmer, desainer, insinyur, atau manajer tingkat atas, Microsoft Office hampir selalu masuk dalam rutinitas kerja Anda.


1. Microsoft Word: Raja Dokumen Surat Menyurat

Surat resmi, laporan proyek, kontrak, proposal, hingga dokumen legal — semuanya biasanya dibuat dalam format Word. Bahkan di perusahaan besar yang sudah menggunakan sistem manajemen dokumen canggih, file DOCX tetap menjadi standar karena kompatibilitasnya yang luas.


2. Microsoft Excel: Otak Perhitungan Ahli Akuntan

Bagi manajer dan analis, Excel adalah “kanvas data” yang fleksibel. Dari mengelola anggaran, membuat grafik penjualan, hingga merancang model keuangan, Excel punya kemampuan:

  • Rumus dan fungsi yang kompleks (VLOOKUP, INDEX-MATCH, PivotTable, dll.)
  • Analisis data real-time
  • Visualisasi dalam bentuk grafik

3. Microsoft PowerPoint: Alat Presentasi Wajib Staff Kantor

Tidak peduli seberapa hebat ide Anda, jika tidak dipresentasikan dengan baik, orang sulit memahami nilainya. PowerPoint menjadi alat utama untuk:

  • Presentasi bisnis
  • Laporan kinerja
  • Pelatihan internal


4. Kenapa Bahkan Manajer Pun Menggunakannya?

Karena Microsoft Office:

  • Standar global — mudah dibagikan dan dibuka di mana saja.
  • Kompatibilitas tinggi — semua sistem operasi utama mendukungnya.
  • Produktivitas tinggi — integrasi antar aplikasi mempercepat pekerjaan.

5. Pastikan Anda Menggunakan Office Yang Aktif

Walau ada banyak cara untuk mengaktifkan Office, yang paling aman adalah:

  • Memanfaatkan aplikasi KMS tambahan untuk mengaktifkan program secara full!

Tidak peduli secanggih apa pun profesi Anda, Microsoft Office tetap menjadi pondasi produktivitas di dunia kerja. Bahkan seorang manajer yang memimpin tim besar pun mengandalkannya setiap hari. Karena itu, pastikan Anda menguasainya dan program Ms. Office berjalan lancar, aman, dan profesional saat bekerja!


Beda Pasar : “business continuity” ketimbang pasar “tech innovation”

Beda Pasar : “business continuity” ketimbang pasar “tech innovation”

Banyak IT Dev yang ngga bisa ngebedain atau malah cuek bebek dua hal ini.

Developers yang bermain di Teknologi Pasar legacy atau klasikal masih besar, tapi lokasinya beda: lebih ke klien SME (small–medium enterprise) atau perusahaan yang butuh maintenance + update, bukan inovasi cutting-edge.

Kalau mau tetap di jalur internasional tapi nggak kejebak harus belajar semua teknologi futuristik, ada dua jalur realistis:

  1. Bidik market yang butuh solusi cepat & murah → contoh: migrasi website lama, perbaikan bug, penambahan fitur kecil, atau integrasi sederhana.
  2. Posisikan diri sebagai “full delivery” dev → klien kasih ide → kamu deliver end-to-end, tanpa mereka pusing mikirin teknologi di baliknya.

Tapi kesulitannya ada tersendiri lho! Apa itu? Kebanyakan persaingan di tetangga atau kiri kanan. Mau sikut sikutan sampe ngeliat dompet ngga ada yg nambah? Mikir 2-3x ga akan ada perubahan. Kita butuh strategi dan eksekusi….!

Strategi ngakalinnya agar tetap profitable?

  1. Pindahin “jualan” dari skill ke paket solusi
    • Jangan tulis di profil cuma daftar framework.
    • Tulis hasil akhir yang klien terima: aplikasi siap pakai, dashboard, deployment, training.
    • Contoh: “Full-stack dev untuk ERP, e-learning, dan sistem absensi yang siap dipakai di desktop, web, dan Android.”
  2. Masuk ke pasar yang undemanding stack
    • Targetkan klien yang bisnisnya butuh sistem tapi nggak ngerti teknologi (restoran, logistik lokal, sekolah).
    • Mereka nggak akan tanya “React atau Vue?” — yang mereka mau adalah “jalan, aman, bisa dipakai”.
  3. Main di niche yang kamu sudah pernah buat
    • Contoh: sistem absensi, inventory, booking, POS, e-learning.
    • Portofolio yang spesifik di niche ini bikin kamu keliatan expert, walau stack lama.
  4. Bungkus dengan layanan berkelanjutan
    • Tawarkan paket “build + maintain” bulanan (maintenance + hosting + update).
    • Ini bikin pemasukan lebih stabil daripada one-time project.
  5. Cari proyek luar dari platform yang client-nya bukan tech company
    • Fiverr (kategori Business Apps, Website Builders)
    • Upwork tapi filter client yang non-tech
    • LinkedIn outreach ke pemilik bisnis kecil di luar negeri.

Dan ingat… semua ini perlu usaha! Kalo modal sedikit dan mimpi gede tanpa usaha, itu namanya tidur di siang bolong. So pertanyaannya, hari ini mau kejar yg mana? Segera… jangan kelamaan diem. Eksekusi sekarang juga…!

Cara Kejar Demand Teknologi IT & Strategi Biar Nggak Ketinggalan

Cara Kejar Demand Teknologi IT & Strategi Biar Nggak Ketinggalan

Di dunia IT, teknologi itu kayak smartphone: baru keluar sebentar, eh udah ada model terbaru. Kalau kamu masih pegang “model lama”, bukan berarti useless, tapi value di pasar kerja bisa menurun drastis. Masalahnya, belajar teknologi baru itu makan waktu, sementara demand terus berubah.

Berikut panduan untuk ngejar ketertinggalan tanpa harus belajar semuanya dari nol.


1. Pahami Pola Siklus Teknologi

Hampir semua teknologi punya siklus:

  1. Muncul (0–2 tahun) → Masih eksperimen, belum banyak perusahaan pakai.
  2. Naik Daun (3–6 tahun) → Demand tinggi, gaji juga tinggi.
  3. Mainstream (6–10 tahun) → Jadi standar industri, banyak pesaing yang sudah bisa.
  4. Menuju Legacy (10+ tahun) → Dipakai untuk maintenance sistem lama saja.

📌 Contoh:

  • CodeIgniter → puncak 2010–2015 → sekarang jadi legacy skill.
  • React.js → puncak mulai 2017 → masih relevan tapi akan mulai digeser Svelte, SolidJS, Next.js Edge.
  • AWS → masih mainstream, tapi multi-cloud & edge computing mulai muncul.

2. Pilih Skill “Payung” yang Tahan Lama

Biar nggak ganti-ganti terlalu sering, fokus dulu ke skill fundamental yang jadi pondasi banyak teknologi:

  • Logic & algoritma
  • Database design & query
  • API & HTTP request handling
  • Version control (Git)
  • Software architecture dasar

Skill ini jarang kadaluarsa, walau framework berubah.


3. Gunakan Metode Leapfrog Learning

Jangan mulai dari teknologi yang sudah menuju akhir siklusnya.
Langsung lompat ke teknologi yang:

  • Sudah terbukti stabil
  • Dipakai luas di perusahaan besar
  • Masih punya masa depan minimal 5 tahun

📌 Contoh lompatan:

  • Dari CodeIgniter → langsung ke Laravel atau Node.js + Express
  • Dari Cordova → langsung ke React Native atau Flutter
  • Dari Shared Hosting → langsung belajar AWS Lightsail / EC2
    (bukan setup server tradisional)

4. Jangan Tunggu Expert untuk Mulai Pakai

Banyak orang nunda karena pengen “jago dulu”.
Padahal di industri, seringnya kita belajar sambil ngerjain proyek nyata.

💡 Trik:
Bikin pet project kecil, langsung deploy. Contoh:

  • Buat aplikasi CRUD React + API Laravel
  • Hosting di AWS Lightsail / Vercel
  • Setup GitHub Actions untuk auto-deploy

Hasilnya bisa langsung masuk portfolio, walau belum master.


5. Pantau Tren, tapi Jangan Jadi “Tukang Kejar Semua”

Gunakan sumber seperti:

📌 Prinsip:

“Pelajari tren cukup untuk ngerti konsepnya, kuasai yang relevan buat kerja/proyek sekarang.”


6. Atur Waktu Belajar dengan Metode 80/20

  • 20% waktu → belajar teori
  • 80% waktu → praktek bikin proyek
    Hasilnya lebih cepat nyantol dan bisa langsung dipamerkan ke HR.

7. Investasi ke Ekosistem, Bukan Satu Alat

Daripada cuma belajar React, pahami ekosistemnya:

  • State management (Redux, Zustand, TanStack)
  • Build tools (Vite, Next.js)
  • Testing (Jest, Cypress)

Kalau pindah ke framework baru, konsepnya akan mirip.


Kesimpulan

Teknologi akan terus berubah, tapi:

  • Fondasi & konsep akan tetap berguna puluhan tahun.
  • Belajar sambil bikin proyek jauh lebih efektif daripada tunggu mahir.
  • Lompat langsung ke teknologi relevan bisa hemat 1–2 tahun belajar.

Kalau hari ini kamu di posisi legacy stack kayak CodeIgniter atau Cordova,
jangan buang waktu belajar “teknologi antara” yang sebentar lagi usang.
Langsung masuk ke stack modern yang punya masa hidup panjang. Eh, udah bisa belum Legacy skillsnya? Atau belum ada skills fundamental tadi? Wah,…. jangan kelamaan… yuk ambil sesi kelasnya dari sekarang!


WhatsApp Tiru WeChat lewat QR Code Masuk Channel

WhatsApp Tiru WeChat lewat QR Code Masuk Channel

Jakarta – WhatsApp tengah mengembangkan dan menguji fitur ini yang memungkinkan pengguna bergabung ke channel secara instan hanya dengan memindai QR code. Fitur ini mengingatkan pada pendekatan serupa yang dulu sukses dipelopori oleh WeChat di Tiongkok.

Menurut laporan The Times of India, WhatsApp kini sedang menguji fitur yang memungkinkan pengguna untuk berbagi QR code unik untuk setiap channel. Dengan scan QR ini, orang bisa langsung mengikuti channel tanpa perlu melalui tautan atau menyimpan kontak secara manual (The Times of India).

WABetaInfo menyebut, QR code ini bisa dicetak atau dibagikan secara digital, sehingga memudahkan pengguna memindai dan langsung diarahkan ke channel yang dimaksud. Menurut sumber, “QR code memungkinkan proses bergabung ke channel jadi lebih mudah dibandingkan dengan link biasa… cukup satu kali scan di depan grup atau bisnis,” demikian terang TOI (The Times of India).

Faktor kemudahan ini dianggap tak terlepas dari inovasi sebelumnya. Contohnya, Snapchat dulu memperkenalkan “Snapcodes”, yaitu QR code versi mereka untuk mempermudah penambahan teman. Konsep ini ternyata diinspirasi oleh kesuksesan WeChat dalam mengintegrasikan QR code untuk berbagai kebutuhan sosial dan komersial di Tiongkok (WIRED).

Dengan meluncurkan fitur serupa, WhatsApp sekali lagi mengikuti tren global yang memperlihatkan QR code sebagai jembatan efektif antara dunia fisik dan digital — mulai dari dompet elektronik, forum komunitas, hingga promosi online.

Lebih penting, ini juga menunjukkan bahwa WhatsApp terus mengejar kenyamanan dan inovasi di era komunikasi cepat dan terintegrasi.


Kerjaan Damai Gaji Luar Negeri

Akun LinkedIn Non-Premium Kerja Damai dan Gaji Luar Negeri (untuk Para IT Developers)

Banyak orang mengira bahwa untuk bisa mendapat pekerjaan dengan gaji dolar di luar negeri, kita wajib memiliki akun LinkedIn Premium. Padahal, kenyataannya tidak selalu begitu. Banyak IT Developer yang sukses mendapatkan pekerjaan internasional hanya dengan akun LinkedIn gratis (non-premium), asal tahu cara mainnya.

Artikel ini akan membongkar strategi praktis untuk kamu, para developer, yang ingin kerja tenang, dibayar tinggi, dan tetap bisa menikmati hidup tanpa harus terjebak dalam persaingan membabi buta di platform profesional ini.


1. Perkuat Profil, Bukan Dompet

LinkedIn Premium memang memberi fitur ekstra seperti melihat siapa yang melihat profil kita, atau memunculkan profil di urutan atas pencarian rekruter. Tapi, hal itu percuma jika profil kita biasa saja.
Fokuslah untuk:

  • Menulis headline yang tajam dan langsung menggambarkan keahlianmu. Contoh: “Full-Stack Developer | Java, .NET, PHP | Scalable Systems Specialist”
  • Mengisi summary dengan gaya cerita (storytelling) yang menunjukkan pengalaman dan hasil kerja, bukan sekadar daftar keahlian.
  • Mengunggah portfolio nyata, baik berupa GitHub repos, demo apps, atau case studies.

2. Gunakan Kata Kunci yang Dicari Rekruter

Rekruter sering mencari talent dengan keyword tertentu. Tanpa Premium pun, kamu bisa muncul di pencarian mereka jika profilmu mengandung kata kunci relevan.
Misalnya:

  • Remote Full-Stack Developer
  • Java Developer with Microservices Experience
  • C# Desktop & Web Application Specialist

3. Mainkan Networking Secara Natural

Jangan tunggu dihubungi. Cari dan ikuti:

  • Rekruter IT spesialis remote jobs
  • Founder startup luar negeri
  • HR dari perusahaan target
    Kirimi mereka connection request yang singkat dan sopan, seperti:

“Hi [Nama], saya tertarik dengan industri yang Anda geluti dan ingin terhubung untuk saling berbagi insight.”

Kuncinya, jangan langsung minta pekerjaan. Bangun koneksi, komentari postingan mereka, dan tunjukkan minat tanpa terkesan memaksa.


4. Posting Konten yang Menarik

Meski tanpa Premium, kamu tetap bisa menarik perhatian dengan membuat konten. Misalnya:

  • Tips pemrograman singkat
  • Cerita project yang kamu kerjakan
  • Insight tentang tren teknologi terbaru
    Konten organik yang konsisten akan membuat profilmu muncul di feed lebih sering, memperluas jangkauan tanpa bayar iklan.

5. Gunakan Fitur Job Search Gratis dengan Pintar

LinkedIn punya fitur filter lokasi & tipe pekerjaan. Atur pencarian menjadi:

  • Location: Remote
  • Experience Level: sesuai kemampuanmu
  • Date Posted: Past 24 hours (supaya tidak bersaing dengan ratusan pelamar)
    Lalu, aktifkan notifikasi agar kamu bisa melamar lebih cepat sebelum lowongan dibanjiri pelamar lain.

6. Manfaatkan Platform Lain Sebagai Pendukung

LinkedIn hanyalah satu pintu. Padukan dengan platform seperti:

  • Wellfound (ex-AngelList)
  • WeWorkRemotely
  • Toptal (untuk developer berpengalaman)
  • Fiverr & Upwork (untuk freelance internasional)

Udah pada engeuh sekarang? Nah, mendapat pekerjaan luar negeri dengan akun LinkedIn non-premium itu sangat mungkin. Kuncinya ada pada kualitas profil, strategi networking, konsistensi membuat konten, dan kecepatan melamar.
Kalau tidak membuat konten dan tidak juga melamar ya sama saja ompong. So, dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa bekerja dengan damai, dari rumah, sambil menerima gaji dalam mata uang asing—tanpa harus membayar biaya langganan bulanan LinkedIn Premium.


Melawan Hidup Brutalism

Melawan Hidup dengan Brutalism


📖 Cerita Dimulai

Cerita ini ditulis oleh seorang System Analyst (IT Programmer yang sudah 14 tahun bekerja dari perusahaan asing penuh dengan Server Machine lalu kini di ruang Lab Komputer yang terhubung dengan CDN Global). Begini ceritanya :

Suatu malam, aku duduk termenung setelah mengalami hari yang aneh.

Kemarin semuanya terasa lancar. Proyek berjalan, tim semangat, dan hasil kerja cukup memuaskan. Tapi hari ini? Semua seperti berantakan. Tools yang biasanya berfungsi tiba-tiba error. Orang yang biasanya mendukung malah jadi hambar. Rasanya seperti dilempar dari langit langsung ke lantai beton.

Seketika aku sadar…

Hidup itu bukan tentang keyakinan doang.

Selama ini, aku terlalu sering menggantungkan semuanya pada semangat dan harapan. “Pasti bisa.” “Pasti sukses.” — padahal dunia nggak tunduk sama afirmasi.


🧱 Realita Tidak Butuh Izin

Fakta itu dingin. Kadang menyakitkan.

Saat proyek gagal, pasar sepi, ide ditolak, atau hasil nggak sesuai ekspektasi — itu bukan karena kurang yakin. Tapi karena realita bilang: “coba lagi, cara lo salah.”

Dan di situlah banyak orang gagal. Termasuk aku… dulu.


🎯 Strategi Lebih Penting dari Harapan

Setelah cukup “babak belur”, aku belajar satu hal penting:

Jangan berdoa sambil duduk. Berdoalah sambil menyusun strategi.

Keyakinan adalah api awal. Tapi strategi adalah bahan bakarnya.

Aku mulai melihat ulang fakta-fakta yang ada:

  • Apa yang benar-benar berhasil?
  • Apa yang bikin waktu kebuang?
  • Siapa yang layak diajak jalan?
  • Apa tools yang bikin ribet?

Dari situ, aku nyusun ulang. Nggak perlu hebat. Tapi harus tepat.


🧨 Saatnya Brutalisme

Ada satu prinsip baru yang aku pegang:

Brutalisme.
Bukan dalam arti kejam, tapi jujur secara brutal pada diri sendiri.

  • Kalau capek, ya bilang. Jangan pura-pura kuat.
  • Kalau bodoh di satu hal, ya belajar. Jangan sok tahu.
  • Kalau data bilang gagal, ya ubah arah. Jangan keras kepala.

Brutalisme bukan tentang keras ke orang lain. Tapi keras ke ego sendiri.


🔄 Hidup itu Seperti Debugging

Setiap hari adalah proses mencari tahu:

  • Mana yang bikin error
  • Mana yang harus dibuang
  • Mana yang bisa dioptimalkan

Dan di dunia nyata, nggak ada debugger otomatis. Kamu harus lihat log-nya sendiri. Baca ulang kejadiannya. Pahami polanya.


🚀 Endingnya…

Hari ini, aku nggak akan bilang “pasti bisa” lagi.

Aku akan bilang:

“Kalau datanya masuk, logikanya benar, dan strateginya jalan — pasti terbuka jalannya.”

Bukan karena semesta bersahabat. Tapi karena aku kerja keras, buka mata, dan mau menerima kenyataan dengan kepala tegak.

Brutal? Ya.
Tapi itu satu-satunya cara bertahan di dunia nyata yang nggak peduli kamu yakin atau nggak.


Nah, sekarang baru pada sadar ya? Apalagi kalo belum dapat kerjaan remote karena kondisi kiri kanan makin hectic? Cobain ikutan khusus pendampingan proyek klien lokal dan luar negeri bersama tim Expert disini!

Kenapa Dari Dulu Sampai Sekarang Harus Punya Bisnis Berbasis Web App?

Kenapa Dari Dulu Sampai Sekarang Harus Punya Bisnis Berbasis Web App?

Di era digital, banyak hal telah berubah — tapi satu hal tetap konsisten: bisnis yang ingin bertahan dan berkembang harus punya kehadiran digital, khususnya dalam bentuk web application (web app). Sejak awal internet muncul hingga hari ini, web app bukan lagi sekadar pelengkap, tapi sudah menjadi bagian inti dari strategi bisnis.

1. Aksesibilitas 24/7, Kapan Saja dan Di Mana Saja

Web app memungkinkan pelanggan untuk mengakses layanan Anda kapan saja, tanpa batasan waktu atau lokasi. Tidak seperti toko fisik yang tutup saat malam, web app tetap “buka”, bahkan saat Anda tidur. Ini meningkatkan peluang penjualan secara signifikan karena pelanggan tidak perlu menunggu toko buka.

2. Biaya Operasional yang Lebih Rendah

Dibandingkan toko fisik yang butuh sewa, listrik, dan karyawan di lokasi, web app jauh lebih hemat. Sekali Anda membangun sistemnya, Anda bisa melayani ratusan bahkan ribuan pelanggan dengan biaya tambahan yang sangat kecil.

3. Data Otomatis dan Keputusan Lebih Cepat

Dengan web app, data pelanggan, transaksi, dan kebiasaan pengguna bisa dicatat secara otomatis. Ini memungkinkan Anda mengambil keputusan bisnis berdasarkan data nyata, bukan sekadar tebakan.

4. Skalabilitas Tinggi

Jika bisnis Anda berkembang, Anda tidak perlu membuka cabang di kota lain. Cukup upgrade web app Anda. Dengan sedikit perubahan teknis, Anda bisa melayani pelanggan di seluruh negeri, bahkan dunia.

5. Kepuasan Pelanggan Meningkat

Melalui web app, pelanggan bisa memesan, membayar, dan mendapatkan informasi tanpa perlu bertanya atau antri. Proses yang cepat dan mudah membuat mereka puas — dan pelanggan puas cenderung kembali.

6. Adaptasi Terhadap Perubahan Zaman

Pandemi COVID-19 telah mengajarkan banyak pelaku bisnis bahwa yang punya sistem digital bertahan, yang tidak — tergilas. Web app adalah bentuk kesiapan menghadapi masa depan, termasuk krisis yang tidak terduga.


2 Analogi Sederhana agar Orang Awam Mudah Paham

🔧 Analogi 1: Warung vs Mesin Otomatis

Bayangkan Anda punya warung kopi. Kalau hanya buka jam 8 pagi sampai 5 sore, maka pelanggan hanya bisa beli saat itu saja. Tapi kalau Anda punya mesin kopi otomatis yang bisa digunakan kapan saja, orang bisa beli bahkan jam 3 pagi.

Nah, web app itu seperti mesin otomatis — pelanggan bisa mengakses layanan kapan saja, tanpa Anda harus standby terus.


🌾 Analogi 2: Sawah Manual vs Sawah Pakai Irigasi Otomatis

Petani zaman dulu menyiram sawahnya pakai ember, satu-satu. Lama dan melelahkan. Tapi sekarang ada irigasi otomatis, yang mengalirkan air ke seluruh sawah sekaligus. Hasilnya lebih cepat dan tidak butuh banyak tenaga.

Begitu pula web app — dia mengotomatisasi pekerjaan yang biasanya dikerjakan manual, seperti mencatat pesanan, menghitung stok, atau mengirim notifikasi. Lebih efisien dan lebih luas jangkauannya.


Pesan Akhirnya?

Dari dulu hingga sekarang, dunia bisnis terus berubah, tapi kebutuhan untuk menjangkau pelanggan dengan cepat dan efisien tetap sama. Web app adalah alat modern yang memungkinkan bisnis tumbuh tanpa batas geografis, waktu, atau tenaga berlebih.

Kalau zaman dulu orang sukses karena punya toko di tempat strategis, sekarang orang sukses karena punya web app yang bisa diakses dari mana saja. Apalagi kalau dipromosikan dengan strategi taktis! Sudah punya web app belum?

VPS Error - 404 Not Found

VPS Error – 404 Not Found

Pernah punya folder assets berisi :

  • css
  • js
  • dll

Tapi saat dicoba akses domain.com/assets/js/filenya.js

koq malah jadi gini?

Kenapa bisa gitu ya? Tenanggg…. kita lihat dulu dari sisi Linux VPS perspective. Biasanya ini ada hubungannya dengan : PERMISSION (HAK AKSES FILE/FOLDER).

Masih ingat kan adanya user root dan non-root? Nah keduanya membuat perbedaan mana yg diizinkan menulis (write), menjalankan (execute), dan melihat (readonly). Makanya ada istilah R(read), W(write), X(Execute).

Solusi Cepatnya gimana?

Ok lgsg aja konek ke user tertinggi (root)nya di terminal lalu jalankan command ini di foldernya:

cd home/username/webproject
find . -type d -exec chmod 755 {} \;    # Semua folder
find . -type f -exec chmod 644 {} \;    # Semua file

Itu angka 755 apa dan 644 apa?


KodeArtiRincian (User / Group / Others)
755File bisa dijalankan semua, tapi hanya pemilik bisa editrwx / r-x / r-x
644Hanya pemilik yang bisa ubah, lainnya hanya bacarw- / r-- / r--
700Hanya pemilik yang bisa akses semuarwx / --- / ---
777Semua orang bisa baca, tulis, dan eksekusi (rawan!)rwx / rwx / rwx
600Hanya pemilik yang bisa baca/tulisrw- / --- / ---
444Semua hanya bisa bacar-- / r-- / r--
664Pemilik dan group bisa baca/tulis, lainnya hanya bacarw- / rw- / r--

Inget lho, ada all users, ada group user, dan ada owner user.

🎯 Tips Praktis

  • Untuk file: biasanya 644
  • Untuk script/executable: 755
  • Untuk folder: juga 755 agar bisa diakses & dijelajahi

Nah sekarang problem solved yah? Dan udah faham banget tentang permission ini. Makanya di dunia Linux kita pengguna menjadi administratornya untuk memastikan tidak ada kelalaian dalam hak akses. Sip…!

Teknik Normalisasi Fitur Win11 Autoupdate

Teknik Normalisasi Fitur Win11 Autoupdate

Sudah pernah melakan konfigurasi di windows 10? Kini hal yang sama ternyata terjadi lagi di Windows berikutnya yaitu Win11. So kita harus atasi juga hal yang sama. Begini caranya:

  1. Buka Local Group Policy Editor (gpedit.msc).
  2. Navigasikan ke lokasi kebijakan di bawah ini pada panel kiri Local Group Policy Editor. (lihat screenshot di bawah)

Computer Configuration > Administrative Templates > Windows Components > Microsoft Defender Antivirus


  1. Di panel kanan pada bagian Microsoft Defender Antivirus di Local Group Policy Editor, klik dua kali pada kebijakan Turn off Microsoft Defender Antivirus untuk mengeditnya. (lihat screenshot di atas)
  2. Lanjutkan ke langkah 5 (mengaktifkan) atau langkah 6 (menonaktifkan), sesuai dengan yang ingin Anda lakukan.

Mengaktifkan Microsoft Defender Antivirus

Ini adalah pengaturan default.

A) Pilih opsi Not Configured. (lihat screenshot di bawah)
B) Klik OK, lalu lanjut ke langkah tadi.


Menonaktifkan Microsoft Defender Antivirus

A) Pilih opsi Enabled. (lihat screenshot di bawah)
B) Klik OK, lalu lanjut ke langkah tadi.


  1. Tutup Local Group Policy Editor.
  2. Restart komputer Anda untuk menerapkan perubahan sepenuhnya.
  3. Jika Anda mengaktifkan kembali Microsoft Defender Antivirus, Anda juga disarankan untuk mengaktifkan kembali Tamper Protection.

Jika dibutuhkan, kita juga bisa menggunakan file *.reg agar langsung double klik dan beres! Unduh filenya disini.

Teknik Normalisasi Fitur Win10 Autoupdate

Teknik Normalisasi Fitur Win10 Autoupdate

Pernah ya kita semua menghadapi windows 10 autoupdates sendiri dan hardware kita belum naik level, lalu kewalahan dan sering nge-hang? Antisipasi hal tersebut dengan konfigurasi non-aktifkan fitur autoupdate agar normal kembali!

Caranya begini:

  1. Jika Anda ingin mematikan Microsoft Defender Antivirus, maka Anda perlu terlebih dahulu mematikan Microsoft Defender Antivirus Tamper Protection.
  2. Buka Local Group Policy Editor. (Start Menu | Run | gpedit.msc)
  3. Di panel kiri Local Group Policy Editor, navigasikan ke lokasi di bawah ini tergantung pada versi Windows 10 yang Anda gunakan. (lihat screenshot di bawah)

(Windows 10 versi 1909 ke bawah)
Computer Configuration\Administrative Templates\Windows Components\Windows Defender Antivirus

ATAU

(Windows 10 versi 2004 ke atas)
Computer Configuration\Administrative Templates\Windows Components\Microsoft Defender Antivirus


  1. Di panel kanan pada bagian Windows Defender Antivirus atau Microsoft Defender Antivirus dalam Local Group Policy Editor, klik dua kali pada kebijakan Turn off Windows Defender Antivirus atau Turn off Microsoft Defender Antivirus untuk mengeditnya. (lihat screenshot di atas)
  2. Lakukan penyesuaian sesuai yang Anda inginkan.

Untuk Menyalakan Microsoft Defender Antivirus:

A) Pilih Not Configured atau Disabled, klik OK, lalu lanjut ke langkah barusan. (lihat screenshot di bawah)

Catatan: Not Configured adalah pengaturan default.


Untuk Mematikan Microsoft Defender Antivirus:

A) Pilih Enabled, klik OK, lalu lanjut ke langkah Awal tadi. (lihat screenshot di bawah)


  1. Setelah selesai, Anda dapat menutup Local Group Policy Editor jika diinginkan.
  2. Jika Anda menyalakan kembali Microsoft Defender Antivirus, buka Windows Security, klik Restart now di bawah Virus & threat protection, lalu klik Turn on di bawah Virus & threat protection untuk mengaktifkan kembali Windows Defender Antivirus Tamper Protection. (lihat screenshot di bawah)

  1. Jika Anda mau, Anda juga bisa menyembunyikan atau menampilkan ikon notifikasi Windows Security.

Kalau sudah begini maka windows tidak akan jalan sendiri dan membuat freeze seperti sebelumnya! Restart PC, done!


Jika Ada yang ingin file simplenya yang tinggal double klik beres? Silahkan unduh file *.reg berikut ini.